Kamis, 08 Maret 2012

Atap Rumah Bisa Hasilkan Listrik


Di India, Atap Rumah Bisa Hasilkan Listrik

Lintas Berita
E-mailCetakPDF
NEW DELHI (Berita SuaraMedia) - India agaknya tidak akan lagi kekurangan sumber energi. Dengan bantuan cahaya matahari yang melimpah, negeri ini segera menyulap sebuah atap menjadi penghasil listrik untuk keperluan rumah dan kantor.

Pemerintah India saat ini tengah intens berdiskusi dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT) di AS guna mendapatkan lisensi untuk menggunakan purwarupa atap penyimpan energi berkapasitas 1 Megawatt.

"Kami terus berkomunikasi dengan MIT, agar bisa bekerjasama memasang atap penyimpan energi untuk rumah dan perkantoran di India," kata Sekretaris Kementrian Bidang Energi India H S Brahma, seperti dikutip dari Times of India,Minggu (03/07/2011).

Kementrian Bidang Energi India telah mengajukan proposal kerjasama dengan MIT dibawah pengawasan Indo-US Science and Technology Forum untuk mengembangkan prototip baterai penyimpan energi, dan menjadikannya produk komersil yang bisa memenuhi kebutuhan energi di India.

Dengan memanfaatkan panel matahari, sebuah atap yang berfungsi sebagai baterai penyimpan energi akan mengubah cahaya matahari menjadi listrik hingga 1 MW dan menyimpannya. Energi yang tersimpan pada atap ini menjadi pasokan energi yang bisa memberikan daya bagi satu desa atau wilayah kota kecil.

"Menjadi negara tropis dengan matahari yang bersinar cerah selama 10 bulan setiap tahunnya adalah modal dasar bagi India. Kondisi ini cocok bila didukung dengan teknologi baterai penyimpanan energi seperti ini," tandas Brahma.

Sementara itu, Kematian orang-orang asal Hastings, Inggris sangat membantu negara kerajaan tersebut memproduksi energi yang dapat digunakan kembali.
Selama ratusan tahun, sebuah lembaga bernama Hastings Borough Council di Timur Sussex mengkremasi orang-orang yang meninggal dunia, tanpa tahu manfaat dari carbon footprint yang dihasilkan dari proses kremasi tersebut.

Carbon footprint adalah total kumpulan emisi gas dari efek rumah kaca yang dihasilkan suatu organisasi, pabrik ataupun produk. Gas ini sering disebut juga sebagai karbondioksida.

Kini lembaga tersebut ingin berinvestasi untuk teknologi sumber daya energi dengan memanfaatkan proses kremasi orang telah meninggal. Mereka berupaya mengubah sisa panas dari proses kremasi menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

Sebuah generator baru yang segera dipasang musim panas mendatang, merupakan bagian dari kelengkapan proyek energi seharga 800.000 euro ini. Proyek tersebut diyakini akan menghemat biaya dengan memangkas anggaran untuk energi. Demikian keterangan yang dikutip dari TG Daily.

Manager Hastings Borough Council Peter Mead menyebutkan tanaga daur ulang tersebut tidak datang langsung dari tubuh jenazah akan tetapi berasal dari mesin yang digunakan untuk mengkremasi orang meninggal dan menyaring gas dari proses pembakaran.

Hingga saat ini, tempat pembakaran mayat di Hastings Borough Council telah menghasilkan gas bermanfaat senilai 25.000 euro setiap tahunnya.(zk2) www.suaramedia.com

Binatang Aneh Mirip Tikus Dan Gajah


Ilmuwan Temukan Binatang Aneh Mirip Tikus Dan Gajah

Lintas Berita
E-mailCetakPDF
BONI DODORI (Berita SuaraMedia) - Seekor mamalia berbulu dengan hidung mirip belalai muncul di hutan terpencil Afrika.

Tikus agak besar ini diperkirakan spesies baru.
Ahli konservasi yang mempelajari keanekaragaman hayati di hutan Boni-Dodori, pantai timur laut Kenya, telah mendirikan jebakan kamera di wilayah tersebut setelah seorang ilmuwan melihat binatangsengi (tikus gajah) yang tidak dikenal.
Dari gambar tersebut, peneliti mengenali warna merah marun di sisi bahu dan punggung spesies itu. Hewan ini juga berciri pantat yang lebih rendah dengan warna hitam.
Secara garis besar, ilmuwan menilai bahwa makhluk ini lebih besar dibandingkan tikus berbelalai biasa.
Diperkirakan, objek itu miliki berat 600 gram, sepanjang 550 milimeter dan memiliki ekor 250 milimeter.
Tim ilmuwan yang berasal dari Zoological Society of London (ZSL) dan Kenya Wildlife Service (KWS) ini menganalisa DNA binatang itu untuk mengkonfirmasi apakah benar termasuk spesies baru.
Jika terbukti, hewan ini menjadi spesies ke-18 dari sengi yang masuk di keluarga Macroscelididae di mana semuanya berasal dari Afrika.
“Nenek moyang kita sering salah memahami hewan ini"
"Strategi perkawinan monogami dan moncong karismatik mereka yang fleksibel membuat spesies ini sangat menawan,” kata peneliti dari California Academy of Science Galen Rathbun. (ar/dt/dlm)www.suaramedia.com